26 September 2007

PENGELOLAAN RESIDU TEBANGAN

PENGELOLAAN RESIDU TEBANGAN DAN PERTUMBUHAN TANAMAN Acacia mangium ROTASI KEDUA

Pengelolaan Hutan Tanaman Industri (HTI) terdiri dari berbagai komponen kegiatan yang berkaitan erat, integral (menyatu) dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya dalam jangka panjang. Secara garis besar beberapa kegiatan pengelolaan HTI meliputi persiapan lahan, penanaman, pemupukan, pemelihara-an, pemanenan, transportasi dan lain-lain yang semuanya itu harus dilakukan dengan baik dan benar guna menjamin kelestarian produksi dan hasil.

Semakin intensif kegiatan pengelolaan lahan (site) HTI terutama untuk jenis-jenis cepat tumbuh seperti Acacia mangium akan berdampak langsung pada produktivitas daur berikutnya. Panen batang kayu dan kulit menyebabkan hilangnya unsur hara (pengangkutan keluar). Besarnya kehilangan ini tergantung pada volume panen dan level unsur hara spesifik yang terdapat pada batang kayu dan kulit. Hilangnya unsur hara saat pemanenan mempunyai dampak yang penting pada siklus unsur hara pada HTI.

Apakah Residu Tebangan Itu?

Sejak tahun 1998 PT Musi Hutan Persada telah melakukan kegiatan pemanenan Acacia mangium rotasi pertama dengan volume merchantable lebih dari 200 m3/Ha. Pemanenan merupakan salah satu kegiatan pengelolaan yang berpengaruh besar pada kesuburan lahan dan produktivitas tegakan HTI dalam jangka panjang.

Biomass cabang, ranting, daun dan batang diameter kurang dari 8 cm (residu tebangan; lihat Gambar 1) yang biasa dijumpai di areal bekas tebangan / logged over area (LOA) merupakan sumber hara potensial (Tabel 1), jika dikelola dengan benar.

Bagi sebagian orang, sisa (residu) tebangan hanya dianggap “sampah” yang tidak berguna, sekedar ditumpuk sebagai bantalan pada jalur alat sarad (forwarder) untuk mengurangi pemadatan tanah. Padahal, sebenarnya, residu tebangan memberikan kontribusi yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman daur selanjutnya.

Kegiatan pemanenan yang kontinyu tanpa memper-hatikan budget unsur hara, daya dukung lahan dan pemadatan tanah akan mempercepat kehilangan unsur hara dan akan habis dalam beberapa rotasi sehingga produktivitas tegakan menurun pada daur berikutnya.

Tabel 1. Jumlah unsur hara yang berasal dari residu tebangan A. mangium daur pertama

KOMPONEN

HARA ( Kg/ha)


N

P

K

Ca

Mg

Daun

127

4.4

53

24

6.6

Cabang & batang (d<8>

326

5.4

77

259

40

Total

453

9.8

129

283

46

Pentingnya Residu Tebangan

Penelitian pengelolaan residu tebangan untuk pertanaman A. mangium rotasi kedua di PT. MHP telah dilakukan dengan beberapa perlakuan kuantitas residu tebangan sebagai berikut:

BL-0 ; Semua residu tebangan (daun, cabang,

batang diameter <>

BL-1 ; Semua residu tebangan (daun, cabang,

batang diameter <>

BL-2 ; Semua residu tebangan (daun, cabang,

batang diameter <>

BL-3 ; BL 2 ditambah residu tebangan dari plot BL-1(double slash)

dan kandungan hara masing-masing perlakuan disebutkan pada tabel 2 di bawah ini:

Tabel 2. Kandungan hara residu tebangan pada masing-masing perlakuan

Perlakuan

Kandungan hara (kg/ha)

N

P

K

Ca

Mg

BL-0

BL-1

BL-2

BL-3

0

125.3

578.5

959.3

0

2.5

12.6

21.2

0

24.3

156.5

270.3

0

53.6

345.3

582.4

0

11.5

53.9

93.2

Hasil sementara dari penelitian tersebut pada umur 1.5 dan 2 tahun menunjukkan perbedaan yang nyata antara perlakuan BL-0 dengan perlakuan lain. Sementara perlakuan BL-1, BL-2 dan BL-3 tidak berbeda nyata. Penambahan biomass residu tebangan pada plot BL-3 ternyata memberikan pertumbuhan awal terbaik pada beberapa tingkatan umur Acacia mangium. Untuk lebih jelas, pengaruh pengelolaan residu tebangan pada produktivitas tanaman dapat dilihat pada gambar 2.

Tanaman Acacia mangium daur kedua umur 1.5 tahun menunjukkan produktivitas (pertumbuhan) terendah untuk perlakuan BL-0 sebesar 22.95 m3/ha, dan semakin meninggi berturut-turut BL-1 (26.47 m3/ha), BL-2 (27.99 m3/ha), BL-3 (29.06 m3/ha). Umur 2 tahun masih menunjukkan trend yang sama berturut-turut dari volume terendah BL-0 (45.08 m3/ha), BL-1 (50.05 m3/ha), BL-2 (53.11 m3/ha), BL-3 (56.42 m3/ha). Volume tersebut mencerminkan kondisi tegakan di lapangan dengan memperhitungkan umur dan prosentase kematian dalam tiap hektarnya.

Kegiatan operasional pemanenan yang selama ini dilakukan dengan tetap meninggalkan residu tebangan pada petak-petak yang ditebang merupakan sebuah langkah maju dan bijak dalam menjaga kelestarian suplai unsur hara dan produktivitas tegakan rotasi berikutnya. Biomass residu tebangan sebagai penyusun horizon organik mampu melindungi tanah dari erosi, kekeringan, pemadatan tanah, meningkatkan kapasitas pergantian kation dan penyimpanan air dari lapisan tanah atas. Bahkan ada pendapat menyatakan sebaiknya kulit pohon yang ditebang juga ditinggalkan di tempat penebangan karena kaya akan unsur-unsur hara dan berfungsi sebagai bahan mulsa.

Gambar 2. Pengaruh perlakuan pengelolaan residu tebangan terhadap pertumbuhan A. mangium Rotasi kedua

Beberapa literatur menyebutkan kehilangan unsur hara akibat panen mencapai 20% dari persediaannya. Artinya, jika produktivitas tegakan konstan maka persediaan unsur hara akan menipis paling lambat setelah daur kelima. Selanjutnya lahan mengalami defisiensi (kekurangan) unsur hara atau terdegradasi.

Di PT. Musi Hutan Persada, berdasarkan hasil penelitian, pada tanaman rotasi kedua belum menunjuk-kan terjadinya defisiensi unsur hara. Meskipun demikian kehilangan unsur hara tidak dapat dihindar-kan secara total sebagai akibat kegiatan pengelolaan HTI. Untuk itu, tetap dibutuhkan pengelolaan yang tepat dan terpadu seperti mencegah terjadinya kebakaran yang mengakibatkan hilangnya unsur hara ke atmosfir (menguap), pembatasan akses alat-alat pemanenan (berat) hanya pada jalan-jalan sarad untuk meminimalkan erosi, kerusakan/ pemadatan tanah, pengelolaan tumbuhan bawah serta tidak kalah pentingnya manajemen pemupukan tepat waktu dan sasaran sebagai pengganti unsur hara yang hilang guna menjamin pasokan unsur hara secara berkesinam-bungan dan lestari.(Dwi Sulistiyono, Saifudin Ansori dan Eko B. Hardiyanto)

Tidak ada komentar: