26 September 2007

FORWARDER VS PERTUMBUHAN TANAMAN

KERUSAKAN TANAH OLEH FORWARDER

PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN

SISTEM pemanenan Acacia mangium yang kita lakukan (pada lahan relatif datar), yaitu semi mekanis; tebang manual chainsaw dan ekstraksi memakai forwarder, diyakini sebagai sistem terbaik. Sistem ini dapat meminimalkan pemadatan tanah, dibanding dengan sistem pemanenan mekanis lain, seperti memakai harvester, filler-buncher atau (ekstraksi) dengan skidder. Pemadatan tanah dapat diminimalkan dengan cara memanfaatkan biomas sisa tebangan sebagai bantalan forwarder.

Beberapa kasus di lapangan, didapatkan kerusakan tanah oleh aktifitas forwarder ini “cukup tinggi”, bahkan ada juga yang “sangat tinggi”. Hal ini disebabkan, antara lain, oleh karena minimnya sisa tebangan sebagai bantalan forwarder, atau forwarder dijalankan tidak pada track yang dibuat (tanpa landasan dan acak).

Kerusakan Tanah akibat Forwarder

Telah dilaporkan dilaporkan bahwa kerusakan tanah oleh aktifitas forwarder (bila sistem normal) rata-rata mencapai 20% luasan, dan kerusakan tanah ini penyumbang terbesar kematian tanaman. Kerusakan terbesar terjadi saat dilakukannya ekstraksi kayu pada musim hujan. Tanah-tanah di kawasan kita yang mempunyai kandungan lempung (clay) tinggi (lebih dari 60%) sangat rentan terhadap kerusakan tanah (terutama pemadatan).

Pada tanaman dengan pertumbuhan baik (Volume merchantable minimal 175 m3/Ha), umumnya menghasilkan sisa tebangan yang tinggi. Dengan demikian bantalan forwarder cukup baik, dan dapat meminimal-kan kerusakan tanah. Tetapi pada tanaman yang pertumbuhannya buruk, rentan sekali akan terjadi kerusakan tanah. Sebagaimana diketahui, berat kayu dan forwarder dapat mencapai 16 ton. Itu pun, satu track bisa dilalui beberapa kali. Tumpukan kayu didalam setting sejauh 250 m dari TPn (Tempat penumpukan kayu), mencapai hingga 14 rit forwarder. Artinya, forwarder akan melintas selama 14 kali membawa kayu, dan 14 kali tanpa kayu pada jangkauan paling dekat.

Beberapa kasus kerusakan tanah yang disebabkan oleh aktifitas forwarder (dengan landasan tipis, apalagi tanpa landasan), antara lain:

1. Tanah mengalami pemadatan, sehingga keras. Tanah seperti ini tidak mendukung untuk pertanaman (menghambat perakaran, ketersediaan air dan hara tanah rendah). Berat volume (BV) tanah dapat menggambarkan kepadatan tanah, karena berat volume (bulk density) merupakan sifat fisik tanah dalam ukuran berat tanah (gr) dalam satuan volume (cm3). Satuan BV adalah gr/cm3. Semakin padat tanah, nilai BV semakin meningkat.

2. Terjadi genangan seperti parit-parit pada bekas roda forwarder pada musim hujan. Apabila kita menanam Acacia mangium pada tanah dengan kondisi seperti ini, tentu saja pertumbuhannya tidak baik bahkan mengalami kematian.

3. Kayu-kayu sisa tebangan (bantalan) sebagian masuk kedalam tanah, sehingga, nantinya, mengakibatkan kesulitan dalam pembuatan lobang tanam dan perawatan (penebasan gulma).

Pertumbuhan Tanaman

Kenyataan di lapangan, tanaman rotasi kedua pada jalur forwarder, pertumbuhannya sangat lambat, dan jauh lebih buruk dibanding pada non jalur forwarder. Ini membuktikan bahwa begitu besar pengaruh forwarder terhadap kerusakan tanah dan pertumbuhan tanaman. Pengaruh forwarder (aplikasi bulan pebruari 1999; banyak curah hujan) terhadap pemadatan tanah (BV) dan pertumbuhan Acacia mangium dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Pengaruh Forwarder terhadap Berat Volume Tanah Lapisan Atas dan Pertumbuhan Tanaman Acacia mangium Umur 3 Tahun

Perlakuan

BV Tanah (gr/cm3)

Tg Tnm

(m)

Dia Tnm (cm)

Vol/Phn

(m3)

Tidak ada pemadatan

1.18

13.26

14.21

0.097

Di samping roda forwarder

1,26

(+6,8%)

12,33

(-12,5%)

12,44

(-7,0%)

0,071

(-26,8%)

Diantara roda forwarder

1,31 (+11,0%)

12,59

(-14,8%)

12,11

(-5,1%)

0,070

(-27,8%)

Bekas roda forwarder

1,39 (+17,8%)

12,31

(-16,7%)

11,84

(-7,2%)

0,064

(-34,0%)

Catatan: Tanda kurung adalah prosen penambahan (+) dan pengurangan (-) dari kondisi normal (tanpa pemadatan)

Untuk mendapatkan tanaman yang baik pada rotasi kedua, sudah barang tentu, harus didukung dengan kualitas lahan bekas tebangan (logged over area) yang baik pula. Untuk itu, satu hal yang mesti diperhatikan adalah kegiatan ekstraksi kayu (penyaradan). Sisa tebangan benar-benar harus dimanfaatkan sebagai bantalan forwarder, dan forwarder harus melalui track yang dibuat (oleh gank penebang).

Pada tanaman yang mempunyai pertumbuhan rendah, barangkali bisa diusahakan dengan menambah baris tanaman pada satu jalur tebang (tidak mesti 5 baris tanaman pada jarak tanam 3 atau 4 m, atau 7 baris tanaman pada jarak tanam 2 m), dengan tetap mempertimbangkan jangkauan forwarder. Hal ini bertujuan memperbanyak sisa tebangan sebagai landasan forwarder.

Untuk mendapatkan hasil tanaman yang baik pada logged over area, maka baris tanaman pada penanaman rotasi kedua, pada bekas jalur forwarder, tidak perlu selurus pada kondisi normal (non jalur forwarder). Tititk tanam perlu digeser (kanan/kiri) pada site/tanah yang mendukung pertanaman. Teknik ini dianggap sebagai cara termudah dan murah untuk menghindari efek pemadatan tanah terhadap pertumbuhan tanaman. Tentu saja, dalam elemen pembuatan lobang tanam (memakai cangkul), diperlukan perhatian ekstra dibandingkan pada tanah yang tidak mengalami pemadatan.

Efek kerusakan tanah oleh forwarder dapat diminimalkan, apabila aktifitas yang menyertainya, seperti penentuan koridor, jalur sarad, kegiatan penebangan, pengumpulan sisa tebangan, dan operasi penyaradan berjalan baik. Oleh karenanya, perhatian terhadap pemadatan tanah ini sangat penting untuk diagendakan dalam training-training (refreshing) pada level pengatur hingga pelaksana (manajer, superintendent, supervisor, kontraktor, operator forwarder hingga chainsaw-man). Dengan demikian, kualitas tanaman rotasi kedua akan tetap baik, sehingga 6-8 tahun lagi kita dapat memanennya kembali di tempat yang sama! (Saifudin Anshori)

Tidak ada komentar: