08 Oktober 2007

Hari Kemenangan telah Tiba

Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar
Laa ilaaha illallah Allahu Akbar
Allahu Akbar wa lillahil hamd…


Sahut-sahutan suara takbir (Allahu akbar), tahlil (La ilaaha illallah) dan tahmid (lillahi alhamd) mulai terdengar. Tidak saja hanya di masjid atau surau-surau. Tetapi, segerombolan anak-anak bermain bahkan iklan di televisi atau radio pun mengumandangkan lafaz ini. Allah Maha Besar! Tiada tuhan selain Allah, dan hanya kepada-Nya lah pujian ditujukan. Bergemanya takbir, tahlil dan tahmid ini menandakan hari kemenangan itu telah tiba. Ya, setelah selama sebulan penuh sekolah, merenung, beramal, berpuasa dan beribadah lainnya, maka tibalah kemenangan itu, tentu saja bagi yang mendapatkannya.

Idul fitri. Kita mengenalnya dengan lebaran. Kembali kepada kesucian, bagaikan kertas putih belum ada coretan setitik pun. Itulah kemenangan yang diharapkan. Setelah selama sebulan puasa mensucikan dan membersihkan jiwa, dan kemudian membayar zakat untuk mensucikan harta. Saling memaafkan, adalah sifat kesatria. Betapa lemahnya manusia. Betapa kecil mahluk seperti kita di hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa. Kita pasrahkan diri kepada-Nya. Kita letakkan ego dan individualis kita. Kita sadari bahwa kita adalah bagian mahluk sosial yang tak berarti apa-apa tanpa sesama.

Kepada seluruh pengunjung Blog ini, saya mengucapkan:
Selamat Idul Fitri, Taqobbalallohu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum kullu 'amin wa antum bi khoir minal aidien wal faizien, taqobbal Yaa kariem.. Semoga Allah menerima amal kami dan amal Anda, puasa kami dan puasa Anda, semoga kita semua senantiasa dalam kebaikan, dan semoga kita termasuk bagian dari orang-orang yang kembali kepada kesucian dan termasuk kedalam golongan orang-orang yang medapatkan kemenangan. Segala kesalahan saya, baik yang saya sengaja maupun tidak saya sengaja, mohon dimaafkan. Lahir maupun bathin.

Bagi pengunjung Blog yang ingin lebih tahu seputar Idul fitri, halal bilhalal dan ucapan lebaran dapat mengunjungi disini. Mudah-mudahan kita menjadi faham dan ucapan selamat idul fitri yang selama ini kita sampaikan menjadi mengena di sanubari kita. (Saifudin Ansori)

07 Oktober 2007

Ramadhan hampir usai, tetapi mengapa aku tidak menangis?

Setiap tahun ia datang selama sebulan, selama 29 atau 30 hari. Ia datang ‘membawa’ berkah (barokah), kasih sayang (rahmah) dan ampunan (maghfiroh), tentu saja bagi yang memanfaatkannya. Demikian para Ustad (dari madrasah diniyah, dimana aku mulai kenal alif ba ta, hingga Ustad terkenal yang banyak memberikan fatwa dan menulis buku-buku) menjelaskan kepada kita. Dialah Bulan Ramadhan. Kita sering menyambutnya dengan mengucapkan, “Marhaban Yaa Ramadhan...”. Selamat datang hai Ramadhan…

Allah SWT pun berfirman, bahwa dalam sebulan itu orang-orang yang menyatakan dirinya beriman diwajibkan untuk berpuasa. Tujuannya adalah agar bertakwa. Para ustad memberikan pengetahuan bahwa orang beriman adalah ketika secara lisan telah mengucapkan dan bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan-Nya. Secara hati dan keyakinan, mengiyakan, dan secara nyata dibuktikan dengan tindakan. “Sudahkah aku termasuk kedalam orang-orang yang beriman?” aku bertanya. “Secara manusiawi”, aku ‘ngotot’ bahwa aku sudah beriman. Untuk itulah aku merasa berkewajiban menjalankan perintah berpuasa, dan kenyataannya aku belum pernah melewatkan barang satu hari pun. Tetapi, kadang-kadang aku masih “khawatir”, jangan-jangan aku hanya dapat lapar dan dahaganya. Dimana berkah itu, dimana kasih sayang itu, dan dimana ampunanNya?

Masih menurut para ustad, di bulan Ramadhan harus diperbanyak amal sholeh (untuk mendapatkan semuanya itu). Dari amalan yang paling sederhana, belajar untuk memperkaya khasanah diri misalnya, hingga memperbanyak shodakoh dan berzikir kepada Yang Maha Kuasa. Masih terasa betul, ketika aku mulai bisa membaca al-qur’an dengan lancar, bersama kawan-kawan sepermainan, setiap bakda tarawih dan shubuh, kami berkumpul melingkar di meja bundar di masjid yang asri di kampung kami, dan membaca al-qur’an secara bergantian (tadarus). Nyess.. rasanya. Selama sebulan, kami bisa menghatamkan selama 3-4 kali. Kemudian setelah khatam terakhir, kami menghadiahi kami sendiri, dengan pesta kecil. Setiap orang “wajib” ikut merayakan prestasi kami dengan membuat makanan (istilah kami langsangan), kemudian kami makan bersama di masjid.

Bulan Ramadhan, di waktu aku masih kecil dulu, adalah bulan yang kami tunggu-tunggu. Kami bisa bermain petasan secara “bebas” setiap habis berbuka. Tidak punya uang untuk beli pun, kami bisa mengganti suaranya dengan membikinnya dari batang bambu yang kami isi dengan minyak tanah dan belerang dan kemudian kami sulut dengan api (kami namakan Long. Lucu ya?). Kami bisa berebut menabuh bedhug keras-keras sehabis usai sholat tarawih. Kami boleh tidak bekerja seperti bulan yang lainnya. Kami sering membuang waktu dengan mandi di sungai di siang dan sore hari. Kami sangat gembira karena banyak orang yang ngasih kami uang jajan. Kami sangat senang menyambut lebaran, dengan takbir keliling membawa obor berjalan kaki. Kami sangat senang dengan dibelikan baju baru. Kami sangat senang banyak famili datang berkunjung. Kami sangat gembira bisa jalan kaki atau bersepeda bersama-sama kawan mengunjungi guru-guru kami. Kami saling memaafkan kesalahan selama setahun kami. Kami punya banyak makanan yang warna warni. Itulah realita bulan Ramadhan di masa kecilku.

Begitu istimewanya bulan Ramadhan di masa kecilku. Itukah berkah? itukah kasih sayang?, dan itukah ampunan? Itukah keistimewaan Ramadhan? Itulah kenyataan yang kami rasakan dulu.

Para Ustad menjelaskan, keistimewaan bulan Ramadhan adalah waktu dimana pintu surga dibuka selebar-lebarnya, pintu neraka ditutup serapat-rapatnya, dan syetan-syetan dibelenggu. Istimewa yang lain adalah Allah menurunkan al-qur’an, sebagai pegangan hidup (hudan li-naas) yang bisa membedakan antara hak dan bathil, di bulan Ramadhan. Dari al-qur’an itu pula kita diberi petunjuk untuk membaca. Allah menurunkan lailatul qadar di bulan Ramadhan ini, yaitu malam yang hitungannya lebih baik dari 1.000 bulan. Hikmah puasa mampu meningkatkan hubungan ilahiah (hablum minallah) dan rasa solidaritas kita (hablum minannaas). Ramadhan mampu merobah kehidupan kita. Puasa bisa meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani kita. Bahkan Nabi Muhammad SAW bersabda, “tidurnya orang berpuasa adalah ibadah.” Apalagi amalan yang lebih nyata! Dan masih banyak lagi, yang sering terdengar di telinga dan terbaca oleh mata kita.

Ramadhan hampir usai. Tetapi adakah hikmah yang aku rasakan, selain lapar dan dahaga? Adakah aku tambah dekat dengan Yang Maha Kuasa? Adakah aku semakin peduli dengan sesama? Adakah berkah yang saya rasakan? Adakah bertambah kasih sayang? Adakah aku merasa aman dimaafkan? Adakah aku merasa terengkuh seribu bulan? Adakah aku sudah bertakwa?

Ramadhan hampir usai. Sebentar lagi meninggalkanku. Setahun lagi aku bisa menemuinya kembali. itupun kalau Allah memberiku umur panjang. Tetapi, mengapa aku tidak menangis? (Saifudin Ansori)

04 Oktober 2007

POTENSI BIOMASA TERTINGGAL DALAM TAPAK SEBAGAI PENYEDIA UNSUR HARA TANAH

POTENSI DAN PENGELOLAAN BIOMASA TERTINGGAL DALAM TAPAK SETELAH TEBANG SEBAGAI PENYEDIA UNSUR HARA TANAH
BAGI KELESTARIAN TANAMAN JENIS CEPAT TUMBUH
(KASUS Acacia mangium DI SUBANJERIJI SUMATERA SELATAN)


POTENTIAL AND MANAGEMENT OF HARVEST RESIDUES AS NUTRIENT RESERVE FOR THE SUSTAINED PRODUCTIVITY OF FAST GROWING PLANTATION (A CASE OF Acacia mangium PLANTATION IN SUBANJERIJI SOUTH SUMATRA)

Saifudin Ansori, Jiyana, Slamet Untung dan Agus Wicaksono


Abstrak

Makalah ini menyajikan tinjauan beberapa hasil penelitian tentang produktivitas hutan tanaman Acacia mangium rotasi pertama di Subanjeriji, Sumatera Selatan, dan potensi biomasa tertinggal dalam tapak pasca panen, kaitannya dengan sumber hara tanah bagi keberlangsungan tanaman rotasi berikutnya.

Dari satu tapak telah diteliti dan diketahui bahwa biomasa tegakan A. mangium di atas permukaan tanah rotasi pertama di Merbau Subanjeriji mencapai 163,6 ton/ha pada usia tebang (8 tahun). Sebanyak 123 ton/ha (75%) kayu (diameter > 8 cm) dan kulit dipanen untuk bahan baku pulp, dan sisanya (40,6 ton/ha) ditinggal dalam tapak sebagai residu tebangan, berupa kayu diameter kecil (<8cm), daun dan organ reproduktif. Vegetasi (non A. mangium) di bawah tegakan mencapai 7 ton/ha, serasah lantai hutan setelah tebang mencapai 8,5 ton/ha, dan biomasa berupa akar tertinggal didalam tanah mencapai 25 ton/ha. Total biomasa tertinggal dalam tapak mencapai 81,1 ton/ha. Biomasa sebesar ini terdekomposisi sebagai bahan organik tanah dan menjadi sumber hara bagi pertanaman daur kedua.

Pengelolaan biomasa tertinggal dalam tapak mempengaruhi ketersediaan unsur hara dalam tanah dan pada akhirnya menentukan produktivitas tanaman daur berikutnya.

Kata kunci: Biomasa, residu tebangan, serasah, bahan organik tanah, produktivitas, Acacia mangium


Abstract

This paper presents a review of some results of research on the productivity of the first rotation of Acacia mangium plantation in Subanjeriji South Sumatra, and the potential of harvest residues retained on the site related to the soil nutrient resources for sustainability of the plantation in the next rotation.

A study on the productivity of A. mangium in Subanjeriji was conducted, and the total biomass of standing trees of A. mangium plantation in Merbau Subanjeriji was 163.6 ton/ha at the end of rotation (8 years). There were 123 ton/ha (75%) of stem wood (diameter > 8 cm) and bark harvested for pulp, and 40.6 ton/ha of wood, leaf and reproductive parts left on the site as residues. The undergrowth (non-A. mangium) biomass was 7 ton/ha, the litter layer on the forest floor was 8.5 ton/ha, and the underground biomass in the form of root was 25 ton/ha. Total biomass left on the site was 81.1 ton/ha. The biomass will decompose and change to soil organic matter and it is a source of soil nutrient for the trees in the second rotation plantation.

The management of harvest residues affects the availability of nutrient in the soil and productivity of plantation in the second rotation.

Kata kunci: Biomass, harvest residue, litter, soil organic matter, productivity, Acacia mangium

03 Oktober 2007

HASIL PERSEMAIAN BERBAGAI JENIS MERANTI ASAL KALIMANTAN

HASIL PERSEMAIAN BERBAGAI JENIS MERANTI ASAL KALIMANTAN

Saifudin Ansori dan Supriyanto

Pendahuluan

Beberapa perusahaan Kehutanan (Perhutani, Inhutani dan beberapa perusahaan swasta) yang berkomitmen untuk ikut melestarikan pohon-pohon jenis lokal, seperti jenis meranti. Komitmen tersebut, paling tidak, dibuktikan dengan telah dimulainya kerjasama antara ITTO (International Tropical Timber Organisation), Departemen Kehutanan, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, dan perusahaan-perusahaan kehutanan.

Dimulai pada tahun 2002 ini hingga tahun 2005, dua kegiatan telah disetujui oleh ITTO, yaitu berjudul Model Development to Establish Commercial Plantation of Dipterocarps (PD 41/00 Rev. 3 (F,M)), dan Increasing Genetic Diversity of Shorea leprosula and Lophopetalum multinervium for Breeding and Genetic Improvement (PD 106/01 Rev. 1 (F)).

Koleksi Buah Dipterocarpa di Kalimantan

Koleksi buah dipterocarpa dilakukan oleh kolektor dari Universitas Gadjah Mada, dibawah pimpinan Kepala Proyek (Prof. Soekotjo dan Prof. Oemi Hani’ien Soeseno). Kebetulan sekali, pada tahun 2002 ini pohon-pohon jenis meranti di Kalimantan banyak menghasilkan buah, sehingga pengunduhan benih tersebut disebut sebagai panen raya buah meranti.

Koleksi buah dibagi menjadi 5 wilayah, yaitu:
  1. Wilayah yang meliputi kelompok hutan Bukit Baka dan Gunung Bunga (keduanya milik PT. Sari Bumi Kusuma dari Kalimantan Barat)
  2. Wilayah yang terdapat di Kalimantan Timur
  3. Wilayah yang terdapat di Kalimantan Tengah
  4. Wilayah yang mencakup Kelompok Hutan Pulau Laut, dan
  5. Wilayah Sumatra
Tetapi, benih yang dikirimkan ke Subanjeriji, hanya dari 3 wilayah, yaitu lokasi dari (1) Kalimantan Barat, (2) Kalimantan Timur, dan (3) Kalimantan Tengah. Terdapat 4 lokasi pengunduhan, yaitu Bukit Baka, Gunung Bunga, ITCI dan Muara Teweh.

Sebelum dilakukan pengumpulan buah, tanaman bawah yang ada di sekitar batang dari pohon terpilih, dibersihkan dari semak, perdu dan tanaman bawah lainnya. Tujuan dari pembersihan tanaman bawah ini adalah agar buah yang baru jatuh dapat dengan mudah diketahui, sehingga mudah dikoleksi. Buah yang dikoleksi adalah buah yang sudah masak, ditandai oleh keluarnya radicle (calon akar).

Buah yang telah dikumpulkan selama 5 hari sudah harus dikirim ke alamat yang ditentukan, termasuk PT. Musi Hutan Persada. Dengan cara ini dimaksudkan agar buah sudah sampai di tempat tujuan kurang dari 10 hari terhirung sejak buah untuk pertama kali dikumpulkan. Pekerjaan pengiriman dilakukan beberapa kali (tahap) sehingga seluruh target dapat dicapai (Soekotjo, 2001).

Dari hasil penerimaan buah tersebut, ditemui cara pengepakan (pengiriman) dan jumlah benih yang masih dapat disemaikan (Baik) sebagai berikut (Tabel 1):

Tabel 1. Cara Pengepakan Benih dan Prosentase Benih yang Baik

No. Cara pengepakan (Prosentase Benih baik (%))
  1. Dibungkus koran (lembab), dimasukkan dalam keranjang rotan (54.02)
  2. Dibungkus koran (lembab), dimasukkan dalam kardus (78.13)
  3. Dibungkus dalam kantong plastik kemudian dilapisi koran (lembab), dimasukkan kedalam kardus (85.50)
  4. Dibungkus kantong plastik, dimasukkan dalam keranjang rotan (82.00)
  5. Dibungkus kantong plastik, dimasukkan dalam keranjang rotan, dimasukkan dalam kardus (88.00)
  6. Dibungkus koran (lembab), masuk dalam kardus dan dimasukkan dalam kardus lagi yang lebih besar (70.00)
  7. Dibungkus plastik, masuk dalam kardus dan dimasukkan dalam kardus lagi yang lebih besar (99.00)
  8. Benih dicampur dengan serbuk kayu, kemudian dibungkus dengan koran (lembab), dimasukkan dalam kardus (81.00)
Benih (dan sedikit anakan) dikirim dari Kalimantan sebanyak 16 tahap pengiriman, dengan perincian terdapat 40 species/jenis (lihat Tabel 2) dari 361 seed lot (famili), dan sebanyak 86.854 buah yang dapat disemaikan (kondisi baik).

Benih yang tidak baik, antaralain telah mengering, tumbuh akar yang panjang tetapi layu, dan sebagian diterima dalam kondisi sudah busuk, sehingga tidak disemaikan. Hal ini, diduga karena faktor cara pengepakan dan terlambatnya pengiriman.


Cara dan Hasil Persemaian

Oleh karena, benih jenis meranti termasuk jenis rekalsitran, maka harus cepat-cepat dipindah pada persemaian begitu benih datang. Media persemaian memakai top soil (sebagian sub soil) dalam poly bag berukuran sedang (diameter 12 cm) dan lebih banyak ukuran kecil (diameter 6 cm). Persemaian ditempatkan dibawah naungan (sarlon dan sebagian di bawah tegakan Acacia mangium).

Hasil auditing hingga bulan April 2001 (umur bibit 0,5 – 2,5 bulan) menunjukkan bahwa rata-rata prosentase kehidupan adalah 46% dari jumlah benih yang disemaikan (diterima dalam kondisi baik).

Hasil dari persemaian (bibit) tersebut, nantinya akan dijadikan bahan trial (uji), yaitu: (1) Uji species, (2) Uji Tanaman, (3) Uji Keturunan, (4) Uji Konservasi, dan (5) Pembangunan Kebun Pangkas, yang akan dilaksanakan (establishment) pada akhir tahun 2002 ini. Kegiatan ini termasuk kedalam 2 Kegiatan ITTO tersebut di atas.

Tabel 2. Jenis-jenis Meranti yang Disemaikan dan Rerata Prosentase kehidupan
di Subanjeriji

No Jenis (Species) Hidup (%) No Jenis (Species) Hidup (%)
1 Anisoptera 5.36 21 S. atrinervosa 31.36
2 Bengkirai Batu 16.00 22 S. compressa 25.19
3 Bernuas 72.11 23 S. hopeifolia 15.75
4 Dipterocarpus cornutus 74.00 24 S. johorensis 28.09
5 Dipterocarpus grandiflorus 30.00 25 S. lamellata 38.71
6 Dipterocarpus tempehes 57.50 26 S. macrophylla 34.88
7 Dryobalanops lanceolata 45.47 27 S. myrionerva 7.90
8 Dryobalanops sp. 69.23 28 S. nopeitalia 53.00
9 Hopea bulanaffinsia 56.21 29 S. ovalis 43.46
10 Hopea dryobalanoides 39.22 30 S. fallax 85.50
11 Hopea ferruginea 8.72 31 S. palembanica 22.76
12 Hopea mangarawan 37.04 32 S. pankitovia 4.40
13 Hopea sp. 25.42 33 S. pauciflora 31.06
14 Jungan kuning 93.81 34 S. parvifolia 39.91
15 Jungan merah (daun besar) 42.66 35 S. selanica 19.18
16 Jungan merah (daun kecil) 49.66 36 S. smithiana 23.21
17 Pangin 65.19 37 S. stenoptera 44.50
18 Perupuk 11.11 38 S. leprosula 46.44
19 Shorea acuminatissima 7.58 39 Shorea sp. 52.38
20 S. acuminata 38.79 40 Tengkawang 71.36

Pustaka Acuan

Soekotjo. 2001. Petunjuk Teknis Koleksi Buah Dipterocarpa. Jurusan Budidaya Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

DINAMIKA AIR PADA AKHIR DAUR HUTAN TANAMAN

DINAMIKA AIR PADA AKHIR DAUR HUTAN TANAMAN
Acacia mangium DI SUBANJERIJI SUMATERA SELATAN
(Water Dynamics on final stage of rotation of Acacia mangium Plantations
in Subanjeriji South Sumatra)


Saifudin Ansori dan Himawati Pramono

Abstract
Hydrology system in the plantation forest ecosystem is crucially important to be known for choosing an appropriate management practice related with plantation processes, especially water availability for tree growing. Water dynamics were studied on the Acacia mangium plantations in Subanjeriji South Sumatra in 2004.

The study was established on a 7- year old plantation of A. mangium with stand density of 850 trees/ha. The soil on the study site belongs to red yellow podzolic (Ultisol). Variables measured consist of precipitation, stem-flow, through-fall, interception, infiltration and run off. Precipitation and throughfall were measured manually, while infiltration was measured using lysimeter placed below the litter layer. Water samples were taken every ten days for the duration of one year.

The total rainfall in 2004 at the study site was found to be 2742 mm, monthly rainfallranging from 46 mm in September and 483 mm in April. Approximately 7%, 81% and 12% of the rainfall comprised stemflow, throughfall and interception, respectively. The amounts of interception, infiltration and run off were 331 mm, 1486 mm and 775 mm respectively, showing that A. mangium plantation forest is capable for saving water indicated by the high value of infiltration and few of water losses.

Key words : Acacia mangium, hydrology

Abstrak
Tata air di dalam ekosistem hutan tanaman perlu diketahui untuk memilih pengelolaan yang tepat berkaitan dengan proses-proses pertanaman, terutama ketersediaan air bagi pertumbuhan tanaman. Dinamika air yang bersumber dari curah hujan telah diteliti pada pertanaman Acacia mangium di Subanjeriji Sumatera Selatan.

Penelitian dilakukan selama satu tahun pada akhir daur tegakan A. mangium (umur 7 tahun) dengan kerapatan 850 pohon/ha. Variabel yang diamati meliputi curah hujan, aliran batang, aliran tembus dan lolos tajuk, kehilangan air setelah jatuh atau intersepsi, infiltrasi tanah dan aliran permukaan. Curah hujan diukur dengan alat penakar hujan manual. Aliran batang ditampung pada drum yang dihubungkan dengan selang dari gabus yang dililitkan pada batang pohon. Aliran tembus ditampung memakai corong yang dihubungkan dengan botol plastik besar. Intersepsi diukur dari ketebalan curah hujan dikurangi aliran tembus dan aliran batang. Infiltrasi diukur dengan lisimeter yang diletakkan dibawah seresah lantai hutan dan ditampung pada botol plastik besar. Aliran permukaan diketahui dari jumlah air yang jatuh hingga lantai hutan dikurangi air yang terinfiltrasi kedalam tanah. Pengamatan dilakukan setiap 10 hari sekali selama satu tahun.

Curah hujan tahunan di lokasi penelitian adalah 2742 mm, dengan curah hujan bulanan minimum 46 mm jatuh pada bulan September dan maksimum 483 mm pada bulan April. Sebanyak 7% air mengalir melalui batang, 81% melalui aliran tembus, dan 12% air hilang sebagai intersepsi.

Dalam satu tahun, dari curah hujan setebal 2.742 mm, sebanyak 331 mm hilang oleh karena intersepsi, 1.486 mm terinfiltrasi kedalam tanah dan 775 mm mengalir sebagai aliran permukaan. Hutan tanaman A. mangium mampu menyimpan air yang ditunjukkan oleh tingginya infiltrasi tanah dan sedikitnya air yang mengalami pelimpasan keluar lantai hutan.

Kata kunci: Tata air, Acacia mangium

SINERGI JENIS CEPAT TUMBUH DAN UNGGULAN LOKAL

SINERGI JENIS CEPAT TUMBUH DAN UNGGULAN LOKAL
UNTUK PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN
DAN PERBAIKAN LAHAN KRITIS DI INDONESIA
(Synergy of fast growing species and local indigenous to develop plantation forest and rehabilitate degraded land in Indonesia)


Saifudin Ansori dan Hardjono Arisman


Abstract
Indonesian natural forest decrease to be degraded land spaciously. It was effected by mismanagement, illegal logging, shifting cultivation and fire. In other side, the fixed capacity of wood industries too high than natural forest capability to produce the wood for supplying the industries.

In the condition, developing industrial forest plantation very important, not only for increasing forest productivity but also for supplying wood material for the industries in the short term.

A fast growing species to be a choice for developing industrial forest plantation because its capability to adapt on degraded lands, and the rotation is short. There is an opinion that rehabilitation of degraded land by indigenous species is better. This second opinion to impression that there are a dichotomies; fast growing species and local indigenous species, which it is not true.

In economically, fast growing species development give profit immediately by short rotation. In ecologically, it has positive effects, i.e. improve the soil, micro climate and environment. The profit and positive effects can be used as business capital for developing local species, that it has long rotation and need high condition for the growth relatively.

There are synergy relation of fast growing species and indegenous species for developing industrial forest plantation and rehabiliting degraded land in the tropics particullary in Indonesia.

Key words: degraded land, industrial forest plantation, fast growing, indegenous species


Abstrak
Degradasi hutan alam di Indonesia menjadi lahan kritis semakin meluas. Hal ini disebabkan oleh pengelolaan yang tidak tepat, penebangan liar, perambahan, dan kebakaran hutan. Di sisi lain, kapasitas terpasang industri perkayuan jauh lebih besar melampaui kemampuan hutan alam produksi dalam menghasilkan pasokan kayu untuk memasok keperluan industri.

Dalam kondisi seperti di atas, pembangunan hutan tanaman industri sangat diharapkan kontribusinya, tidak saja sekedar meningkatkan produktivitas hutan yang telah rusak, tetapi sebagai penyeimbang pasokan dan permintaan bahan baku kayu untuk industri dalam jangka pendek.

Jenis cepat tumbuh, dipilih dalam pengembangan hutan tanaman industri karena kemampuannya beradaptasi pada lahan-lahan kritis dan singkat daurnya. Sementara sebagian pihak berpandangan bahwa perbaikan lahan terdegradasi sebaiknya menggunakan jenis unggulan lokal. Pandangan ini memberikan kesan bahwa terdapat dikotomi antara pengembangan jenis cepat tumbuh dan jenis lokal, yang sesungguhnya hal ini tidak perlu terjadi.

Dari sisi ekonomis, pengembangan jenis cepat tumbuh memberikan keuntungan segera dengan cepatnya daur pemanenan. Dari sisi ekologis (biologi, kimia dan fisika), jenis cepat tumbuh memberikan dampak posisif, yaitu meningkatkan kesuburan tanah dan perbaikan iklim mikro serta lingkungan. Keuntungan dan dampak positif ini dapat dijadikan modal untuk pengembangan jenis (unggulan) lokal yang berdaur panjang dan memerlukan persyaratan tumbuh (kondisi tapak dan iklim mikro) yang relatif tinggi.

Terdapat hubungan sinergis antara pengembangan jenis cepat tumbuh dan jenis (unggulan) lokal dalam (usaha) pembangunan hutan tanaman maupun rehabilitasi lahan-lahan kritis di daerah tropis seperti di Indonesia.

Kata kunci: lahan kritis, hutan tanaman industri, jenis cepat tumbuh, unggulan lokal