05 Maret 2009

Korea Realisasi Investasi HTI

JAKARTA, KAMIS - Kerja sama investasi hutan tanaman Korea dan Indonesia akhirnya terwujud setelah 20 bulan lalu nota kesepahaman ditandatangani di Chunceon, Kangwon, Korea. Menteri Kehutanan MS Kaban dan Menteri Kehutanan Korea Chung Kwang Soo menyaksikan penandatanganan realisasi kerja sama hutan tanaman antarpengusaha kedua negara di Jakarta, Kamis (5/3).

Dua investor Korea mendapat izin pengelolaan hutan tanaman industri (HTI) seluas 30.000 hektar per perusahaan. Perum Perhutani bekerja sama dengan Korean Indonesia Forestry Cooperation (KIFC) dan Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (KPWN) bekerja sama dengan Korean Forestry Service.

Dua perusahaan yang memperoleh Surat Keputusan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman adalah PT Taiyoung Engreen dan PT Inni Joa.

Kaban mengatakan, bisnis hutan tanaman industri (HTI) kini semakin prospektif. Selain daya serap pasar industri hilir semakin tinggi, kemampuan pohon menyerap karbon pun kini bisa dijual kepada para penghasil polusi dengan mekanisme pembangunan bersih (CDM) sesuai Protokol Kyoto.

Investasi HTI juga semakin potensial karena regulasi Korea mewajibkan setiap industri mengalokasikan 290 juta dollar AS untuk CDM. Nilai tersebut berkisar 10 persen dari nilai investasi industri di Korea yang mencapai 29 miliar dollar AS (Rp 290 triliun).

"Indonesia harus memanfaatkan peluang ini untuk menarik investor Korea berinvestasi di sini lewat mekanisme tersebut," kata Kaban.

Korea sudah berbisnis sektor kehutanan di Indonesia sejak tahun 1970-an dan kini berniat menambah areal baru seluas 500.000 hektar lagi di Kalimantan. Berdasarkan daat Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan Dephut, investor Korea ingin mengembangkan HTI seluas 564.000 hektar.

Pemerintah juga mendorong investor untuk mengembangkan hutan rakyat bekerja sama dengan mitra lokal. Seperti kerja sama KPWN dan KIFC. Mereka akan mengembangkan hutan rakyat Pulau Jawa seluas 20.000 hektar yang berlokasi di luar kawasan hutan. Untuk tahap awal, mereka akan mengerjakan hutan rakyat seluas 1.000 hektar di Purwakarta, Jawa Barat.

Direktur Divisi Usaha Kehutanan Korindo Kim Hoon mengatakan, iklim investasi, terutama kehutanan, di Indonesia semakin membaik. Hal ini membuat Indonesia semakin menjadi tujuan investor untuk ekspansi bisnis HTI selain Filipina, Malaysia, Vietnam, atau Australia. Persoalan yang cukup meresahkan investor selama ini adalah belum sinkron kebijakan pemerintah pusat dan daerah.

Bisnis hutan tanaman di Indonesia memiliki keunggulan karena lahan yang tersedia sangat luas. "Pemerintah semestinya mengoptimalkan potensi ini untuk menggenjot investasi sektor kehutanan," ujar Kim Hoon. (Kompas, 5 Maret 2009)

Tidak ada komentar: